Monday, December 8, 2014

Dying Of The Light [m-2014] dan Sinyal Islamophobi

a. Prelude

Film yang rilis Desember 2014 dan dibintangi oleh Nicolas Cage ini memiliki judul sama dengan novel fiksi pertama karya penulis Amerika George R. R. Martin yang diedarkan pertama kali pada 1977. Tapi, filem ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan buku tersebut.

Filem Dying of The Light [2014] bermain pada genre thriller, misteri, aksi, dan drama. Disutradarai oleh Paul Schrader. Filem ini juga dibintangi oleh Anton Yelchin dan Irène Jacob. Diproduksi oleh Red Granite Picture, filem ini diedarkan oleh Lionsgate Home Entertainment.

Filem ini tipikal filem thriller politik Amerika. Kalau jaman perang dingin, orang jahatnya adalah agen-agen rahasia Uni Sovyet, maka jaman sekarang orang-orang jahatnya adalah orang-orang muslim, terutama orang-orang muslim dari Timur Tengah dan Afrika, filem ini termasuk filem yang mengadopsi kecenderungan itu.


Pada akhir filem ini saya merasa bahwa Nicolas Cage telah menempatkan dirinya seperti Samuel L. Jackson sebagai orang yang terkesan anti-Islam atau mengidap Islamofobia (terlepas walaupun itu hanya peran yang dilakonkannya, tapi filem adalah pesan, seperti kata seorang kritikus, Christian Metz). Jackson mempertontonkan sikap anti Islamnya itu dengan vulgar setidaknya dalam dua filem: Unthinkable [Sony Pictures Home Entertainment | 2010] dan Robocop [Columbia Pictures | Metro-Goldwyn-Mayer | 2014].

Dalam satu babak ketika Lane bertemu musuh lamanya yang Muslim itu, Banir, mereka berbicara tentang kebencian Banir terhadap Amerika dan budayanya, dan seolah-olah itu adalah sikap yang harus diemban oleh semua Muslim. Banir malah menyinggung tentang adanya hubungan antara kejahiliahan Amerika dengan pendirian Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin)[1]

“Dia (Sayid Qutb[2]) bilang, Greeley itu seperti surga di dunia,” kata Lane.
“Apa yang dilihat beliau adalah Jahiliyyah: dekadensi, hubungan bebas tanpa ikatan pernikahan, musik pop. Qutb menolak campur baur yang bebas antara pria dan wanita, maka ia pergi. Dia lalu pulang ke Mesir, dan Persaudaraan (Ikhwanul Muslimin) pun telah lahir.”

Saya sendiri merasa aneh bagaimana mereka HARUS berbicara tentang Sayid Qutb dan Ikhwanul Muslimin. Bukan hanya pada fakta bahwa yang mendirikan Ikhwan bukanlah Sayid Qutb tapi Syaikh Hassan Al Banna[3], sehingga terkesan seperti sesuatu yang dipaksakan untuk masuk ke dalam dialog dengan pesan-pesan terenkripsi yang terdekripsi dengan sendirinya, mencoba memberi semacam stereotip terhadap Islam: para penganutnya membenci Amerika. Mungkin mereka memang HARUS membicarakan Ikhwanul Muslimin, namun membentur tembok logika ketika berhadapan dengan kenyataan bahwa Syaikh Hassan Al-Banna tidak pernah tercatat mengunjungi Amerika, kebetulan: Sayid Qutb adalah anggota utama Ikhwan pada tahun 50an dan 60an, dan beliau pernah belajar di Amerika.



b. Trailer





c. Plot

Evan Lake telah lama mengabdi kepada negaranya. Dan sekarang mereka ingin merumahkannya. Lake merasa ketidak-adilan. Dia bahkan ingin ditempatkan lagi di lapangan. “Aku lebih berguna di lapangan dari pada di belakang meja.” Lake tidak peduli pada umurnya, terlebih pada penyakit yang mulai menyerang otaknya.

Semangatnya menggelegak ketika ia mendapat informasi bahwa musuh lamanya berkemungkinan besar masih hidup dan –sama sepeerti dirinya- sedang berperang melawan penyakitnya. Kalau Lake bermasalah pada otaknya, maka rival lamanya ini, Muhammad Banir, memiliki masalah pada darahnya.

Lake telah lama membantah laporan resmi CIA bahwa Banir telah mati, “Kita menemukan mayatnya,” kata Direktur CIA kepadanya.
“Ya. Tapi tanpa kepala. Aku tak pernah melihat kepala mayat itu.”

Lake, yang telah dipecat dari CIA, sendirian (dia tidak pernah menikah), menindak-lanjuti temuan terbaru keberadaan Banir bersama rekan mudanya di Agensi, Milt. Sampai kemudian Lake menyamar menjadi dokter dan berkunjung menemui Banir. Ia telah berencana untuk membunuh Banir, tapi ketika ia mendapatkan kesempatan itu, ia merasa membunuh Banir bukanlah hal yang mendesak lagi untuk dilakukan. Tapi sesuatu kemudian merubah pendapatnya itu dan memaksa dia kembai ke kediaman Banir.


d. Pelakon

  • Nicolas Cage sebgai Evan Lake, mantan Marinir AS dan agen CIA.
  • Anton Yelchin sebagai Milton Schultz (Milt), teman kepada Lake, agen muda CIA.
  • Irène Jacob memerankan Michelle Zuberain, teman lama Lake, kontaknya di Bukares, Rumania.
  • Alexander Karim  memerankan Muhammad Banir, musuh lama Lake yang telah 22 tahun dikabarkan mati.


e. Sambutan

Filem ini baru rilis pada awal Desember lalu, tidak ada banyak hal yang bisa diharapkan jadi gambaran pencapaiannnya. Namun, untuk sementara, beginilah gambarannya saat akses pada Senin 08/12 pukul 17++WIB:

Di IMDb, mendapat rating rata-rata 4.6 dari 553 user yang telah meninggalkan pendapat terhadap filem ini. Dengan metascore sebesar 31 dari 100.


Di Rotten Tomatoes, Tomatometer hanya mampu berada pada nilai 6% dengn 32% audiens saja yang mengaku menyukainya.



Di situs themoviedb, filem ini mendapat nilai 6.5/10 dari 7 vote yang telah dibuat sejauh ini. 

f. Catatan

[1] Wikipedia Inggris menulis:
“The Society of the Muslim Brothers (Arabic: جماعة الإخوان المسلمين‎), shortened to the Muslim Brotherhood (الإخوان المسلمون al-Ikhwān al-Muslimūn), is a transnational Islamist organization which was founded in Egypt in 1928 by the Islamic scholar and schoolteacher Hassan al-Banna. The motto of the Brotherhood was traditionally "Believers are but Brothers". That was expanded into a five-part slogan: "God is our objective; the Qur'an is the Constitution; the Prophet is our leader; jihad is our way; death for the sake of God is our wish.” It began as a Pan-Islamic, religious, and social movement. The Muslim Brotherhood had an estimated two million members by the end of World War II.”

Masyarakat Persaudaraan Muslim atau disingkat Persaudaraan Muslim adalah organisasi Islamis transnasional yang didirikan di Mesir pada tahun 1928 oleh sarjana beragama Islam yang juga seorang guru, Hasan Al-Banna. Slogan dari persaudaraan ini adalah “Semua Muslim bersaudara”, yang kemudian dijabarkan ke dalam lima bagian slogan: 1) Allah adalah tujuan kita, 2) Al-Qur-an adalah Konstitusi kita, 3) Rasululullah SAW adalah Pemimpin kita, 4) Jihad adalah Jalan kita, dan 5) Mati di jalan Allah adalah Cita-cita kita. Pergerakan ini memulai kegiatannya dengan ciri-ciri pergerakan Pan-Islamic[4], relijius, dan sosial. Pada akhir Perang Dunia ke 2, Ikhwan memiliki anggota mencapai 2 juta orang di seluruh dunia.

Saat ini Ikhwan dipimppin oleh Mohammed Badie (dalam tahanan) dan bertindak selaku Pelaksana Tugas Mahmout Ezzat.

Para pemimpin besar Ikhwanul Muslimin:


  1. Pendiri dan Pemimpin Umum pertama: (1928–1949) Hassan al Banna
  2. PU ke 2 : (1949–1972) Hassan al-Hudaybi
  3. PU ke 3: (1972–1986) Umar al-Tilmisani
  4. PU ke 4: (1986–1996) Muhammad Hamid Abu al-Nasr
  5. PU ke 5: (1996–2002) Mustafa Mashhur
  6. PU ke 6: (2002–2004) Ma'mun al-Hudaybi
  7. PU ke 7: (2004–2010) Mohammed Mahdi Akef
  8. PU ke 8: (sejak 16 Januari 2010) Mohammed Badie

[2] Sayid Qutb lahir pada 9 Oktober 1906 di Mūshā, Propinsi Asyut, Mesir. Meninggal pada usia 60 tahun pada 29 Agustus 1966. Beliau adalah seorang penulis, pendidik, teoris Islam, penyair, berkebangsaan Mesir, dan anggota utama Ikhwanul Muslimin pada tahun-tahun 50an dan 60an. Pada tahun 1966 beliau dituduh terlibat rencana pembunuhan terhadap Presiden Gamal Abdel Nasser dan kemudian dieksekusi gantung.

Selama hidupnya beliau telah menulis 24 buku, termasuk novel, kritik seni literatur, dan juga tulisan terkait pendidikan. Beliau terkenal di dunia Islam pada pemahamannya terhadap peran sosial dan politik Islam, terutama sekali dalam bukunya Social Justice dan Ma'alim fi al-Tariq (Milestones). Karya agungnya, Fi Zilalil Qur-an (Dalam Bayang-bayang AlQur-an) adalah seri buku terdiri dari 30 bagian yang merupakan pendapat beliau tentang isi kandungan Qur-an. Hampir sebagian besar hidupnya, beliau bergaul dengan politisi-politisi berpengaruh, para ilmuan, penyair, penulis, baik yang seumuran dengannya maupun yang lebih tua. Pada pertengahan 1940an, sebagian besar tulisannya mengambil tema kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.


[3] Syaikh Hassan al-Banna atau lengkapnya Syaikh Hassan Ahmad Abdul Rahman Muhammad al-Banna lahir di Mahmoudiyah, Beheira, Mesir pada 14 Oktober 1906. Beliau meninggal di Kairo, Mesir pada 12 Februari 1949 pada usia 42 tahun. Ayah beliau, Syaikh Ahmad Abdurrahman al-Banna as-Sa'ati dikenal sebagai seorang Imam bermazhab Hambali, seorang muazzin, dan pengajar di mesjid. Keluarga ini menganut nilai-nilai Islam dengan taat.

Antara 1948 dan 1949, sesaat setelah Ikhwan mengirimkan relawan untuk berperang melawan Zionist dalam perang Arab-Israel pada 1948, konflik antara monarki dan rakyat semakin meningkat di Mesir dan mencapai klimaksnya. Isyu uncul bahwa Ikhwan berencana menggulingkan pemerintahan, Perdana Menteri saat itu, Mahmud an-Nukrashi Pasha (Perdana Mentri ke dua dalam sejarah Kerajaan Mesir modern), membekukan Ikhwan pada Desember 1948. Aset Ikhwan disita, dan banyak anggotanya dipenjara. Pasha kemudian dibunuh oleh seorang pelajar pendukung Ikhwan pada 28 December 1948. Al-Banna kemudian mengeluarkan pernyataan terkait ini bahwa teror bukanlah cara yang bisa diterima dalam Islam.

Pada 12 Februari 1949, di Kairo, Syaikh Hassan Al-Banna saat itu sedang berada di Markas Besar Jamiyyah al-Shubban al-Muslimeen bersama saudara iparnya, Abdul Karim Mansur, untuk bernegosiasi dengan Menteri Zaki Ali Basha yang mewakili pihak Pemerintah. Menteri Zaki Ali Basha tidak pernah sampai di sana. Pada jam 5 petang, Syaikh Hassan Al-Banna dan saudara ipar beliau memutuskan untuk meninggalkan tempat pertemuan. Saat menunggu taksi, mereka ditembak oleh dua orang. Syaikh Hassan meninggal karena luka-lukanya. Beliau kemudian dikenang dengan sebutan Asy-Shahid Imam Hassan Al-Banna.

[4] Pan-Islamic (الوحدة الإسلامية)  adalah istilah untuk menyebut pergerakan-pergerakan politik yang berupaya menubuhkan penyatuan Muslim di bawah sebuah negara Islam – biasanya identik dengan kekhalifahan – atau bisa juga bermakna organisasi internasional serupa Uni Eropah dengan prinsip-prinsip Islam. Sebagai bentuk nasionalisme relijius, Pan-Islamisme membuat cirinya berbeda dengan ideologi Pan-Nationalistic (misalnya Pan-Arabisme) dengan meniadakan elemen-elemen budaya dan etnik sebagai faktor utama penyatuannya.



g. Referensi


h. Klosyur


Terimakasih telah mengunjungi. 
Semoga Bermanfaat. Cheers. :)
Note: foto kopi berasal dari sini.



komen fb
0 komen g
Facebook Comments by Blogger Widgets

0 comments:

Post a Comment